PEMBINAAN SEX EDUCATION DALAM MENGHADAPI PENYIMPANGAN SEKSUAL KAUM NABI LUTH ZAMAN NOW

Indonesia mengalami degradasi karakter yang ditandai dengan maraknya penyimpangan moral, baik sosial maupun agama. Penyimpangan tersebut jauh dari nilai-nilai keislaman namun ramai digandrungi generasi muda seperti budaya pacaran, seks bebas hingga homoseksual. Kasus aborsi di Indonesia terjadi sekitar 2, 5 juta jiwa setiap tahunnya yang 30% diantaranya adalah remaja. Selain itu hasil survei lembaga independen menyebutkan 3% atau sederhananya 3 dari 100 penduduk Indonesia adalah pelaku homoseksual. Fenomena tersebut tidak lain disebabkan karena adanya dorongan perkembangan media dalam memfasilitasi free sex dengan tawaran akses yang semakin lengkap dan jauh meninggalkan nilai agama dan moral. Oleh sebab itu, pendidikan seks diharapkan menjadi jalan tengah yang perlu digalakkan dengan keyakinan bahwa pendidikan ini mampu membentengi dan mengarahkan mereka kepada pemahaman seks yang baik dalam pandangan agama maupun negara. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana materi dalam melakukan pembinaan pendidikan seks menurut pandangan Islam. Desain penelitian menggunakan analisis konten dengan pendekatan kualitatif. Hasil studi ini menunjukkan bahwa sex education masih tabu dan kental akan pro dan kontra, namun substansi perdebatan tersebut hanya berputar pada materi dalam pendidikan seks. Oleh kebab itu, pembinaan sex education hendaknya melibatkan orang tua dan pendidik yang disertai dengan pengawasan berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, yakni memberikan pemahaman terkait fitrah manusia, sopan dan memahami waktu yang tidak diperkenankan berkunjung, menahan diri dan menjaga pandangan, dan menjauhi zina.

A Case Study: Formative Classroom Assessment Practices of Two Lower Secondary Teachers of Mathematics in an English Medium Private School of Karachi

This small-scale case study attempts to investigate the formative assessment practices of two lower secondary mathematics teachers of two private English-medium secondary schools of Karachi, Pakistan. It paves the path to explore the different ways of giving feedback to students and asking oral questions from them in the classroom. The nature of the study leads the researcher towards using the qualitative paradigm, with the case study approach at the heart of the study. The trustworthiness of the data was ensured through designing different tools for investigation: interview, observation, and the use of complementary documentary evidence. The dominant form of assessment in Pakistan is highly summative and is focused on promoting students to the next classes. However, teachers in this study were found to be using some aspects of formative assessment. In this connection, the main findings that emerged from classroom observations, interviews, and document analyses of primary and secondary research participants were analyzed and discussed. In particular, the findings reiterate the teachers' understanding of formative assessment, along with ways of feedback from the teacher to the students. Furthermore, the teachers' classroom observations exemplified that they give oral feedback to explain how to get to the appropriate solution of mathematical problems. Moreover, the nature of feedback was corrective, but errors were not explained. Some hindering and facilitating factors regarding sustaining formative assessment at the classroom level emerged during the teachers' interviews. Although teachers faced several challenges, there is still hope for sustaining formative assessment in classrooms, because it is given utmost priority in the National Education Policy (2007).